Pada suatu hari di sebuah sekolah, dimana sekolah itu
bukanlah sekolah kita ada seorang anak yang sering membuang sampah di
sekolahnya. Nama anak itu adalah Reza. Karena kebiasaan buruknya itu,
teman-teman sekelasnya sering menjulukinya sebagai *beep*. Kemudian pada saat jam istirahat beberapa
orang siswa sedang duduk-duduk ditaman sambil berbincang-bincang.
Dira : “We,
sekolah kita ini bersih kali ya?”
Elma : “Alah,
bersih apanya, depannya aja yang bersih. Padahal belakangnya bertumpuk tuh
sampah-sampah.”
Teresa : “Iya,
tu lah. Siapa yang buang sampah tuh? Ga beretika kali.”
Tiba-tiba saat mereka membicarakan itu, Reza membuang
sampah botol minumannya sembarangan, dan tanpa disengaja mengenai kepala Dira.
Dira :
“Aduh! Sakit tau!”
Reza : “Eh,
kena ya? Kasihan kali.”
Dira :
”Kurang ajar kau, bukannya minta maaf malah ngeledek.”
Teresa : “Ia
tuh. Ga nampak tempat sampah dimana?” (sambil menunjuk tempah sampah)
Reza : “Ah,
bukan urusanku pun. Itu kan urusanmu sebagai cleaning service kelas”
Elma : “Mulut
tuh dijagalah. Kalau begini terus, bisa-bisa kamu merana karena sampah loh.”
Reza : “Ah,
terserah kalian aja.” (pergi meninggalkan mereka)
Dira : “Eh,
kok pergi dia? Belum lagi dia minta maaf!”
Elma : “Sabar
saja Dira. Dunia ini memang kejam. Manusia yang bersifat buruk selalu berlaku
seperti itu. Suatu hari mereka yang berlaku seperti itu akan merana karena
perbuatan mereka sendiri.”
Teresa : “Ah,
seperti biasanya Elma memberikan wejangan untuk kita semua.”
Elma :” Bukan
wejangan tapi cuman ngutip kata-kata bijak.”
Kemudian bel pun berbunyi menandakan
waktu istirahat telah selesai. Mereka pun masuk ke kelas. Tak disangka mereka
pun kedatangan murid baru. Murid tersebut keliatan sangat tinggi jika
dibandingkan dengan Pak Krisko, namun ia berlaku ayu.
Pak Krisko: “Anak-anak, kita kedatangan murid baru.
Ayo, perkenalkan dirimu kepada teman-teman barumu”
Valdo :
”Selamat pagi semuanya...”
Semua siswa : “Selamat pagi...”
Valdo : “Namaku
Rivaldo.” (Dengan suara yang khas)
Murid-murid pun sangat kaget akan suaranya yang khas.
Tiba-tiba terdengar gelak tawa dari Reza.
Reza :
“Hahahaha!”
Pak Krisko: “Kenapa kamu tertawa, Reza?”
Reza : “Ah,
tidak ada apa-apa pak. Tadi siapa namanya?” (menirukan gaya bicara Valdo)
Pak Krisko: “Namanya Rivaldo, Reza. Apakah ada yang
masih kurang jelas?”
Reza :
“Tidak ada, pak” (sambil menahan tawa)
Pak Krisko: “Bagus kalau begitu. Kamu duduk di samping
Reza saja.”
Valdo : “Baik
pak.” (pergi dan duduk di tempat yang ditunjukkan Pak Krisko)
Pak Krisko memulai pelajaran dan
menjelaskan materi, dan waktu pun berlalu. Sepulang sekolah, Reza seperti
biasanya membuang sampah sembarangan lagi tetapi kali ini ia membuang di laci
meja Valdo. Keesokan harinya ada razia kebersihan mendadak. Saat pemeriksaan,
petugas kebersihan mendapati banyak sampah di laci meja Valdo, dan yang menjadi
petugas kebersihan itu adalah Teresa.
Teresa : “Loh,
kok banyak sampah di laci ini? Siapa yang buang nih?”
Reza : “Ya
Valdo lah, kan ini laci mejanya.”
Valdo : “Eh,
bukan aku loh. Aku ga ada buang sampah di sini.”
Teresa : “Jadi
ini apa? Ini laci kamu, banyak sampahnya. Memang siapa yang mau buang sampah di
lacimu?”
Dira :
“Bukannya Reza? Kan sudah kebiasaannya buang sampah sembarangan.”
Reza : “Eh,
ga usah nuduh-nuduh ya. Jelas aku udah tobat kemarin.”
Teresa : “Ya sudahlah, aku bersihkan sampah ini dulu. Nanti kau bayar
denda ya Valdo.”
Valdo :
“Eh, aku…“
Reza :
“Haaa, kasiha.
Makanya buang sampah tu jangan di laci meja.”
Sejak itu Valdo selalu
menjadi kambing hitam dari perbuatan Reza. Setiap kali Reza membuang sampah,
Valdo selalu menjadi korban penuduhan. Sampai hari terakhir di SMA pun ia tidak
jera.
Waktu terus berlalu,
dan Reza pun menjadi seorang yang bekerja di luar negeri. Ia menjadi orang yang
sukses dalam berbagai hal, namun kebiasaan buruknya masih tidak berubah. Suatu
hari ia berjalan di taman.
Reza : “Waduh, aku lapar. Aku mau beli makanan.
Eh, ada yang jual gorengan. Beli ah.” (Berjalan ke penjual gorengan)
Setelah membeli
gorengan dari penjual terdekat, ia menghabiskan gorengan tersebut.
Reza : “Ah, akhirnya perutku kenyang. Mau kemana
kubuang plastik ini? Tempat sampah jauhnya sejauh darat ke langit. Mending
kubuang disini saja. Kan ada cleaning service.” (Membuang plastik ke
sampingnya)
Seorang petugas
kebersihan melihat perbuatan Reza dan mendatanginya.
PK : “Tuan, anda melakukan kesalahan yaitu
membuang sampah sembarangan. Anda harus didenda sebesar $40.”
Reza : “Hah? Didenda? Masa membuang sampah saja
didenda?”
PK : “Kalau tidak didenda, masyarakat akan
selalu membuang sampah sembarangan terus menerus. Larangan membuang sampah
sudah menjadi aturan di negeri ini untuk mendisiplinkan rakyat.”
Reza : “Ya sudah deh. Nih, kubayar. $40 tuh kan
kecil.”
Karena tidak jera, Reza
terus membuang sampah dan membayar denda secara terus menerus, yang mengakibatkannya
jatuh miskin karena uangnya habis membayar denda membuang sampah. Ia pun
dipecat dari perusahaannya karena kebiasaannya, mengharuskan ia bertahan dalam
ekonomi yang krisis.
Suatu hari, secara
kebetulan Reza bertemu dengan teman-teman masa SMA-nya. Teman-temannya kaget
melihat keadaannya yang merana.
Dira : “Loh, itu Reza ya? Ada apa denganmu?”
Reza : “Ga ada apa-apa kok. Uangku Cuma habis
karena membayar denda.”
Elma : “Bayar denda apa memangnya sampai habis
uangmu?”
Reza : “Bayar denda karena buang sampah
sembarangan.”
Teresa : “Tu lah, kerjaannya pas SMA buang sampah
terus. Tak heran uangmu bisa habis karena kebiasaanmu itu. Bagaimana
pekerjaanmu?”
Reza : “Aku sudah dipecat. Sekarang aku tak punya
pekerjaan.”
Valdo : “Waduh, bagaimana ini? Bagaimana kamu
membiayai dirimu sekarang? Eh, bagaimana kalau kamu pulang ke Indonesia?”
Reza : “Bagaimana aku pulang? Uangku sudah
habis.”
Valdo : “Kami yang bayar biaya pemulanganmu. Tenang
saja, kami ikhlas kok.”
Elma : “Iya, lebih baik kamu pulang. Manatahu dapat pekerjaan di
sana.”
Teresa : “Asalkan kamu ubah kebiasaanmu itu. Seperti
kata Elma, yang berlaku buruk akan merana karena perbuatan mereka.”
Dira : “Jangan lupa jaga dirimu ya. Allah akan selalu ada untukmu.”
Reza pun pulang ke negerinya
dengan bantuan teman-temannya.Di negerinya, Ia pun bertemu dengan bekas
gurunya, Pak Krisko.
Reza :
“Assalamu’alaikuim
wr.wb.” (Menyalami Pak Krisko)
Pak Krisko: “Wa’alaikumsalam.
Bagaimana keadaanmu selama di luar negeri? Ada apa gerangan yang membuatmu
kembali ke sini?
Reza : “Baik-baik saja pak, tetapi saya punya
masalah yang serius. Karena kebiasaan buruk saya, Uang saya habis dan saya
tidak bisa pulang. Tetapi berkat teman-teman saya, saya bisa pulang kembali ke
sini.”
Pak Krisko: “Apakah kebiasaanmu
itu membuang sampah sembarangan?”
Reza : “Kok bapak bisa tahu?”
Pak Krisko: “Bapak
sudah tahu selama bapak menjadi wali kelasmu. Hanya saja bapak diam supaya kamu
bisa mencoba merubah diri sendiri. Rupanya, ini yang terjadi padamu.”
Reza : “Saya menyesal pak.”
Pak Krisko: “Sudahlah,
yang sudah terjadi tak bisa diubah lagi. Satu-satunya cara adalah memperbaiki
dirimu supaya menjadi lebih baik. Bagaimana kalau kamu mengisi lowongan
pekerjaan di sini? Kebetulan ada lowongan pekerjaan yang masih kosong.”
Reza : “Pekerjaan apa pak?”
Pak Krisko: “Tukang
Kebersihan. Mungkin bisa membantu memperbaiki kebiasaanmu itu. Apakah kamu mau
terima?”
Reza : “Saya mau pak.”
Pak Krisko: “Bagus, saya akan laporkan ini kepada kepala sekolah. Pekerjaanmu dimulai besok. Semoga sukses.”
Pak Krisko: “Bagus, saya akan laporkan ini kepada kepala sekolah. Pekerjaanmu dimulai besok. Semoga sukses.”
Reza : “Terima kasih pak.”
No comments:
Post a Comment