Friday 22 April 2016

ANEKDOT

Pada suatu hari di sebuah sekolah, dimana sekolah itu bukanlah sekolah kita ada seorang anak yang sering membuang sampah di sekolahnya. Nama anak itu adalah Reza. Karena kebiasaan buruknya itu, teman-teman sekelasnya sering menjulukinya sebagai *beep*.  Kemudian pada saat jam istirahat beberapa orang siswa sedang duduk-duduk ditaman sambil berbincang-bincang.
Dira       : “We, sekolah kita ini bersih kali ya?”
Elma     : “Alah, bersih apanya, depannya aja yang bersih. Padahal belakangnya bertumpuk tuh sampah-sampah.”
Teresa   : “Iya, tu lah. Siapa yang buang sampah tuh? Ga beretika kali.”
Tiba-tiba saat mereka membicarakan itu, Reza membuang sampah botol minumannya sembarangan, dan tanpa disengaja mengenai kepala Dira.
Dira       : “Aduh! Sakit tau!”
Reza      : “Eh, kena ya? Kasihan kali.”
Dira       : ”Kurang ajar kau, bukannya minta maaf malah ngeledek.”
Teresa   : “Ia tuh. Ga nampak tempat sampah dimana?” (sambil menunjuk tempah sampah)
Reza      : “Ah, bukan urusanku pun. Itu kan urusanmu sebagai cleaning service kelas”
Elma     : “Mulut tuh dijagalah. Kalau begini terus, bisa-bisa kamu merana karena sampah loh.”
Reza      : “Ah, terserah kalian aja.” (pergi meninggalkan mereka)
Dira       : “Eh, kok pergi dia? Belum lagi dia minta maaf!”
Elma     : “Sabar saja Dira. Dunia ini memang kejam. Manusia yang bersifat buruk selalu berlaku seperti itu. Suatu hari mereka yang berlaku seperti itu akan merana karena perbuatan mereka sendiri.”
Teresa   : “Ah, seperti biasanya Elma memberikan wejangan untuk kita semua.”
Elma     :” Bukan wejangan tapi cuman ngutip kata-kata bijak.”
            Kemudian bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat telah selesai. Mereka pun masuk ke kelas. Tak disangka mereka pun kedatangan murid baru. Murid tersebut keliatan sangat tinggi jika dibandingkan dengan Pak Krisko, namun ia berlaku ayu.
Pak Krisko: “Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Ayo, perkenalkan dirimu kepada teman-teman barumu”
Valdo     : ”Selamat pagi semuanya...”
Semua siswa : “Selamat pagi...”
Valdo     : “Namaku Rivaldo.” (Dengan suara yang khas)
Murid-murid pun sangat kaget akan suaranya yang khas. Tiba-tiba terdengar gelak tawa dari Reza.
Reza      : “Hahahaha!”
Pak Krisko: “Kenapa kamu tertawa, Reza?”
Reza      : “Ah, tidak ada apa-apa pak. Tadi siapa namanya?” (menirukan gaya bicara Valdo)
Pak Krisko: “Namanya Rivaldo, Reza. Apakah ada yang masih kurang jelas?”
Reza      : “Tidak ada, pak” (sambil menahan tawa)
Pak Krisko: “Bagus kalau begitu. Kamu duduk di samping Reza saja.”
Valdo    : “Baik pak.” (pergi dan duduk di tempat yang ditunjukkan Pak Krisko)
            Pak Krisko memulai pelajaran dan menjelaskan materi, dan waktu pun berlalu. Sepulang sekolah, Reza seperti biasanya membuang sampah sembarangan lagi tetapi kali ini ia membuang di laci meja Valdo. Keesokan harinya ada razia kebersihan mendadak. Saat pemeriksaan, petugas kebersihan mendapati banyak sampah di laci meja Valdo, dan yang menjadi petugas kebersihan itu adalah Teresa.
Teresa   : “Loh, kok banyak sampah di laci ini? Siapa yang buang nih?”
Reza      : “Ya Valdo lah, kan ini laci mejanya.”
Valdo    : “Eh, bukan aku loh. Aku ga ada buang sampah di sini.”
Teresa   : “Jadi ini apa? Ini laci kamu, banyak sampahnya. Memang siapa yang mau buang sampah di lacimu?”
Dira       : “Bukannya Reza? Kan sudah kebiasaannya buang sampah sembarangan.”
Reza      : “Eh, ga usah nuduh-nuduh ya. Jelas aku udah tobat kemarin.
Teresa   : “Ya sudahlah, aku bersihkan sampah ini dulu. Nanti kau bayar denda ya Valdo.”
Valdo    : “Eh, aku…“
Reza      : “Haaa, kasiha. Makanya buang sampah tu jangan di laci meja.”
            Sejak itu Valdo selalu menjadi kambing hitam dari perbuatan Reza. Setiap kali Reza membuang sampah, Valdo selalu menjadi korban penuduhan. Sampai hari terakhir di SMA pun ia tidak jera.
            Waktu terus berlalu, dan Reza pun menjadi seorang yang bekerja di luar negeri. Ia menjadi orang yang sukses dalam berbagai hal, namun kebiasaan buruknya masih tidak berubah. Suatu hari ia berjalan di taman.
            Reza    : “Waduh, aku lapar. Aku mau beli makanan. Eh, ada yang jual gorengan. Beli ah.” (Berjalan ke penjual gorengan)
            Setelah membeli gorengan dari penjual terdekat, ia menghabiskan gorengan tersebut.
            Reza    : “Ah, akhirnya perutku kenyang. Mau kemana kubuang plastik ini? Tempat sampah jauhnya sejauh darat ke langit. Mending kubuang disini saja. Kan ada cleaning service.” (Membuang plastik ke sampingnya)
            Seorang petugas kebersihan melihat perbuatan Reza dan mendatanginya.
            PK        : “Tuan, anda melakukan kesalahan yaitu membuang sampah sembarangan. Anda harus didenda sebesar $40.”
            Reza    : “Hah? Didenda? Masa membuang sampah saja didenda?”
            PK        : “Kalau tidak didenda, masyarakat akan selalu membuang sampah sembarangan terus menerus. Larangan membuang sampah sudah menjadi aturan di negeri ini untuk mendisiplinkan rakyat.”
            Reza    : “Ya sudah deh. Nih, kubayar. $40 tuh kan kecil.”
            Karena tidak jera, Reza terus membuang sampah dan membayar denda secara terus menerus, yang mengakibatkannya jatuh miskin karena uangnya habis membayar denda membuang sampah. Ia pun dipecat dari perusahaannya karena kebiasaannya, mengharuskan ia bertahan dalam ekonomi yang krisis.
            Suatu hari, secara kebetulan Reza bertemu dengan teman-teman masa SMA-nya. Teman-temannya kaget melihat keadaannya yang merana.
            Dira     : “Loh, itu Reza ya? Ada apa denganmu?”
            Reza    : “Ga ada apa-apa kok. Uangku Cuma habis karena membayar denda.”
            Elma    : “Bayar denda apa memangnya sampai habis uangmu?”
            Reza    : “Bayar denda karena buang sampah sembarangan.”
            Teresa : “Tu lah, kerjaannya pas SMA buang sampah terus. Tak heran uangmu bisa habis karena kebiasaanmu itu. Bagaimana pekerjaanmu?”
            Reza    : “Aku sudah dipecat. Sekarang aku tak punya pekerjaan.”
            Valdo   : “Waduh, bagaimana ini? Bagaimana kamu membiayai dirimu sekarang? Eh, bagaimana kalau kamu pulang ke Indonesia?”
            Reza    : “Bagaimana aku pulang? Uangku sudah habis.”
            Valdo   : “Kami yang bayar biaya pemulanganmu. Tenang saja, kami ikhlas kok.”
            Elma    : “Iya, lebih baik kamu pulang. Manatahu dapat pekerjaan di sana.”
            Teresa : “Asalkan kamu ubah kebiasaanmu itu. Seperti kata Elma, yang berlaku buruk akan merana karena perbuatan mereka.”
            Dira     : “Jangan lupa jaga dirimu ya. Allah akan selalu ada untukmu.”
            Reza pun pulang ke negerinya dengan bantuan teman-temannya.Di negerinya, Ia pun bertemu dengan bekas gurunya, Pak Krisko.
Reza    : “Assalamualaikuim wr.wb.” (Menyalami Pak Krisko)
            Pak Krisko: “Wa’alaikumsalam. Bagaimana keadaanmu selama di luar negeri? Ada apa gerangan yang membuatmu kembali ke sini?
            Reza    : “Baik-baik saja pak, tetapi saya punya masalah yang serius. Karena kebiasaan buruk saya, Uang saya habis dan saya tidak bisa pulang. Tetapi berkat teman-teman saya, saya bisa pulang kembali ke sini.”
            Pak Krisko: “Apakah kebiasaanmu itu membuang sampah sembarangan?”
            Reza    : “Kok bapak bisa tahu?”
            Pak Krisko: “Bapak sudah tahu selama bapak menjadi wali kelasmu. Hanya saja bapak diam supaya kamu bisa mencoba merubah diri sendiri. Rupanya, ini yang terjadi padamu.”
            Reza    : “Saya menyesal pak.”
            Pak Krisko: “Sudahlah, yang sudah terjadi tak bisa diubah lagi. Satu-satunya cara adalah memperbaiki dirimu supaya menjadi lebih baik. Bagaimana kalau kamu mengisi lowongan pekerjaan di sini? Kebetulan ada lowongan pekerjaan yang masih kosong.”
            Reza    : “Pekerjaan apa pak?”
            Pak Krisko: “Tukang Kebersihan. Mungkin bisa membantu memperbaiki kebiasaanmu itu. Apakah kamu mau terima?”
            Reza    : “Saya mau pak.”
            Pak Krisko: “Bagus, saya akan laporkan ini kepada kepala sekolah. Pekerjaanmu dimulai besok. Semoga sukses.”

            Reza    : “Terima kasih pak.”

No comments:

Post a Comment