|
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Minyak
atsiri yang dikenal dengan minyak eteris atau
minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman.
Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, rasa
getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air
(Ketaren, 1985). Indonesia memiliki cukup banyak jenis tanaman yang memiliki kandungan
minyak atsiri salah satunya adalah tanaman jerangau (Acorus calamus). Jerangau merupakan salah satu jenis tumbuhan yang
berpotensi menghasilkan minyak atsiri. Tanaman ini masih kurang dikenal oleh
masyarakat dan belum banyak orang tahu tentang jerangau akan tetapi tanaman ini memiliki rimpang yang
mengandung minyak atsiri dan berguna sebagai pengusir serangga,
menghilangkan rasa sakit, menambah nafsu makan, dan tonik. Tanaman ini juga dijadikan sebagai obat-obatan
tradisional
yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit
antara lain menghilangkan rasa sakit, demam, kudis, mimisan, limpa bengkak
pereda
radang dan lainnya.
Jerangau
(Acorus calamus) telah dikembangkan di luar negeri dan minyak yang
dihasilkan tanaman ini dikenal dengan calamus
oil. Negara penghasil calamus oil adalah Jepang, India,
Sri Lanka, Rusia, Rumania, Nepal dimana tanaman ini telah dikembangkan secara
luas dan sudah menjadi produk ekspor bagi
negara-negara tersebut. Kegunaan minyak atsiri sangat
luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang industri, antara lain dalam
industri kosmetik, dalam industri makanan sebagai bahan penyedap atau penambah cita
rasa; dalam industri parfum sebagai pewangi; dalam industri farmasi atau
obat-obatan sebagai antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri; dalam industri
bahan pengawet; bahkan digunakan pula sebagai insektisida.
1
|
1
|
1.2 Tujuan Percobaan
· Mempelajari
proses distilasi uap langsung
·
Menghitung rendemen minyak atsiri
|
TINJAUAN
PUSTAKA
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak
atsiri misalnya dalam bahasa Inggris disebut essetial oils, etherial oils
dan volatile oil. Dalam bahasa
Indonesia ada yang menyebutnya minyak terbang atau minyak kabur karena minyak
atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan terbuka. Minyak atsiri sebagai bahan
wewangian, penyedap masakan, dan obat- obatan memiliki akar sejarah yang dalam.
Tulisan-tulisan kuno sejarah masa lampau, tidak lupa mencatat dupa, setanggi,
serta minyak wangi. Pusaka-pusaka sekarang yang tersimpan di museum, masih
mengandung bekas-bekas semerbak wewangian. Resep-resep jamu sebagian besar
berupa ramuan sari bunga, akar, daun, dan batang aneka tumbuh-tumbuhan (Harris,
1990).
Minyak
atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang,
kulit, daun, buah, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain
mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai aroma
tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut dalam pelarut organik (Lutony
dan Rahmayati, 2000). Minyak
atsiri dapat dibagi menjadi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang
dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun murninya,
komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi
produk-produk lain, contoh : minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak permai
dan minyak terpentin. Kedua, minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya,
contoh : minyak akar
wangi, minyak nilam, dan minyak kenanga. Biasanya minyak atsiri tersebut
langsung dapat digunakan tanpa diisolasi komponen-komponennya sebagai pewangi
berbagai produk (Sastrohamidjojo, 2004).
2.2 Warna
Minyak Atsiri
3
|
Warna minyak
atsiri yang berwarna
kuning sampai dengan
cokelat jika warnanya menjadi hitam itu diakibatkan oleh dua hal, yaitu:
1) Penyulingan pada suhu yg terlalu tinggi sehingga terjadi oksidasi aldehid
atau hidrolisa ester (istilah penyuling, minyaknya gosong) yg ditandai dengan
bilangan asam yg tinggi, dan 2) Penggunaan material carbon steel pd proses
penyulingannya sehingga ada kontaminasi logam Fe dan Cu dalam minyak. Oleh
sebab itu, rata- rata digunakan material stainless steel (Hermani, 2006).
Sebagai salah satu
pusat megabiodiversiri, Indonesia menghasilkan
40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia.
Dari jumlah tersebut, 13 jenis telah memasuki pasar atsiri dunia, yaitu nilam,
serai wangi, cengkih, jahe, pala, lada, kayu manis, cendana, melati, akar
wangi, kenanga, kayu putih, dan kemukus. Sebagian besar minyak atsiri yang
diproduksi petani diekspor dengan pangsa pasar untuk nilam (64%), kenanga
(67%), akar wangi (26%), serai wangi (12%), pala (72%), cengkih (63%), jahe
(0,4%), dan lada (0,9%) dari ekspor dunia.
Negara tujuan ekspor minyak
atsiri Indonesia antara lain adalah Amerika Serikat (23%),
Inggris (19%), Singapura (18%),
India (8%), Spanyol(8%), Perancis
(6%), Cina (3%), Swiss (3%), Jepang (2%), dan negara-negara lainnya (8%)
jumlahnya. Hal ini tentunya merupakan tantangan karena potensi Indonesia untuk
mengembangkan minyak atsiri sebenarnya luar biasa. Peluang pemasaran minyak
atsiri juga tidak hanya terbuka untuk pasar luar negeri melainkan sangat
dibutuhkan dalam negeri (Laksmanahardja, 2003).
Meskipun
pangsa pasar beberapa komoditas atsiri secara individu relatif tinggi, total
pangsa atsiri Indonesia di pasar dunia hanya sekitar 2,6%. Dalam perekonomian
nasional pun, pada periode 2001- 2003 komoditas minyak atsiri hanya memiliki
porsi yang kecil, digolongkan ke dalam komoditas “perkebunan lainnya”, dengan
peran rata-rata 0,01% dari total nilai ekspor komoditas perkebunan. Pada tahun
2004, nilai ekspor komoditas atsiri mencapai US$ 47,2 juta, namun Indonesia
juga mengimpor minyak atsiri senilai US$ 12,26 juta serta hasil olahannya
(derivat, isolat, dan formula) US$ 117,20 juta. Jika nilai impor ini
diperhitungkan maka neraca perdagangan minyak atsiri Indonesia menjadi minus.
Beberapa minyak atsiri yang diimpor sebenarnya dapat diproduksi di dalam
negeri, seperti minyak permen (Mentha arvensis) dan minyak manis (Clausena
anisata) (Hadipoentyanti dan Sukamto, 2004).
2.4 Botani
Jerangau (Acorus Calamus )
Nama ilmiahnya
Acorus calamus L yang merupakan salah satu jenis
Araceae. Di Indonesia Dringo dikenal dalam bermacam-macam nama daerah, misalnya
deringo, dlingo, jariangau dan lain-lain. Berasal dari sekitar laut hitam, laut
Kaspia dan India.Dringo merupakan tanaman tahunan, tingginya mencapai 0,5 m.
Daunnya bertulang sejajar, panjangnya antara 1 – 1,5 cm, dengan tulang daun di bagian
tengahnya yang kuat, ujung daun lancip, menyebarkan bau yang sangat harum.
Bunganya
tersusun dalam tongkol yang panjangnya antara 3 – 4,5 cm, tangkai bunga itu
sendiri panjangnya 20 – 25 cm. Bunganya kecil-kecil, warnanya kuning
kehijaunan, baunya sangat harum. Buahnya merupakan buah buni, bentuknya seperti
gasing yang berlendir. Apabila telah masak bunga itu jatuh ke atas tanah.
Akarnya kuat, mempunyai rimpang yang berwarna merah jambu dengan bagian
dalamnya berwarna putih.
Tabel 2.1
Klasifikasi Tanaman Jerangau
Klasifikasi Tanaman Jerangau
|
|
Kingdom
|
Plantae
|
Divisi
|
Spermatophyta
|
Sub
divisi
|
Angiospermae
|
Kelas
|
Monocotyledonae
|
Bangsa
|
Arales
|
Suku
|
Araceae
|
Warga
|
Acorus
|
Jenis
|
Acorus
calamus
|
(sumber : Atsiri Indonesia,
2006).
Nama
Daerah: Jeurunger (Aceh), Jerango(Gayo), Jarango (Batak), Jarianggu
(Minangkabau), Daringo (Sunda), Dlingo {Jawa Tengah), (Agusta, 2000).
Gambar 2.1 Tanaman Jerangau ( Acorus calamus)
2.4.1 Penyebaran
dan Habitat
Tumbuhan ini berasal
dari Eropa, Asia dan Amerika. Di Indonesia didapati tumbuh liar di hutan-hutan.
Jenis ini menyukai tempat yang lembab seperti di tepi danau dan sungai.
Jerangau mudah dijumpai dikawasan yang berpaya dan lembab terutamanya di tepi sungai. Ia merupakan
tumbuhan separa berair. Ia mempunyai rizom yang berbau wangi. Rizomnya
berbentuk silinder dan
diameternya antara 19 hingga 25
mm.
Kulit
rizom berwarna coklat
muda dengan warna
putih didalamya. Bahagian
dalamnya berbentuk seperti span
dan tajam. Daunnya tebal dan keras berbentuk seperti pedang.
Apabila daunnya dikoyakkan akan terhasil satu bau yang wangi. Jerangau
menghasilkan bunga berwarna kunig kecil yang akan keluar dari ketiak daunnya.
Tumbuhan ini jarang mengeluar biji benih dan pembiakan utamanya ialah melalui
pecahan rizom (Kardinan, 2005).
2.4.2 Perbanyakan
Jenis
ini dapat berkembang biak dengan rimpang, dengan cara menggunakan ujung
rimpang, daunnya dipangkas, akar yang halus dibuang kemudian ditanam. Dringo
tumbuh subur pada ketinggian antara 275 – 2050 meter di atas permukaan laut. Lebih
menyukai tempat-tempat yang becek dan berair seperti, di tepi-tepi parit, tepi
kolam, di rawa dan di pinggir sungai.Ditanam dengan menggunakan pecahan
rumpunnya atau dengan potongan rimpangnya. Dapat juga Dringo ditanam dengan
menggunakan bijinya, tetapi biji itu sendiri jarang dihasilkan (Agusta, 2000).
2.4.3 Kandungan
Kimia
Rimpang
dan daun Acorus calamus mengandung saponin flavonoida, di samping rimpangnya
mengandung minyak atsiri yang berguna sebagai pengusir serangga. Selain itu
kandungan minyaknya antara lain minyak atsiri yang mengandung eugenol,
asarilaldehid, asaron (alfa dan beta asaron), kalameon, kalamediol,
isokalamendiol, preisokalmendiol, akorenin,
akonin, akoragermakron, akolamonin, isoakolamin, siobunin, isosiobunin,
dan episiobunin. Selain atsiri,
Jerangau juga mengandung
resin, amilum (Agusta, 2000).
Kandungan kimia dalam
minyak atsirinya adalah asoron, glikosida (akorina), akoretina, kholin,
kalameona, iso kalamendiol, epi isokalamendiol, siobunona, trimetil, saponin,
vitamin C. Khasiatnya sebagai karminaif, spasmolitik dan diaforetik. Manfaatnya
untuk membangkitkan nafsu makan, mulas, nifas, penenang, pencernaan, radang
lambung, kurap (obat luar). Rimpang dan daun acorus calamus mengandung saponin
dan flavonoida,di samping rimpangnya mengandung minyak atsiri.
2.4.4 Manfaat
Rimpang Acorus calamus
berkhasiat sebagai obat penenang, lambung dan obat limpa. Jerangau juga
digunakan dalam ramuan yang digunakan oleh wanita selepas bersalin bersama cekur.
Tumbuhan ini memunyai ciri-ciri anti oksidan. Selain itu Jerangau juga
bermanfaat sebagai perangsang, menghilangkan sakit, menambah nafsu makan, dan
tonik. Kegunaannya cukup banyak, terutama untuk meredakan radang. Contoh
penyakit yang dapat diatasi jerangau antara lain bengkak, kudis, limpa bengkak,
cacar sapi, mimisan, demam, dan lainnya.
Minyak jeringau dikenal juga
sebagai calamus oil. Biasanya digunakan sebagai obatberbagai penyakit. Penyakit
yang diobati dengan jeringau antara lain maag, diare,disentri, asma dan
cacingan. Selain sebagai obat, minyaknya digunakan sebagai sampodan bahan sabun
karena dapat menghilangkan berbagai penyakit kulit, pemberi citarasa pada
industri minuman, permen, makanan, dan industri parfum. Sebagai insektisida, minyak
jeringau digunakan sebagai pengemulsi. Ekstrak alkohol jeringausangat berguna
sebagai bahan antibakteri. Manfaat lainnya sebagai anti sekresi dandapat
menekan pertumbuhan jaringan perusak pada tubuh
(Agusta, 2000).
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi
merupakan proses pembuatan ekstrak bahan alam dimana ekstraksi ini dilakukan
untuk menarik komponen kimia pada bahan alam (Harborne 1987). Ekstraksi adalah suatu cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau
lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering
dan wet rendering), mechanical expression, dan solvent extraction (Ketaren,
1986).
2.5.1 Rendering
Menurut
Ketaren (1986), rendering merupakan
suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan
panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk mengumpulkan protein
pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah
ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.
Menurut
Winarno (1991), rendering merupakan
suatu cara yang sering digunakan untk mengekstraksi minyak hewan dengan cara
pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan dengan air panas. Lemak akan mengapung di
permukaan sehingga dapat dipisahkan. Pemanasan tanpa air biasanya dipakai untuk
mengekstraksi minyak babi dan lemak susu. Secara komersial rendering dilakukan dengan menggunakan ketel vakum. Protein akan
rusak oleh panas dan air akan menguap sehingga lemak dapat dipisahkan. Rendering terbagi dua yaitu wet rendering dan dry rendering.
Wet rendering adalah
proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses
tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan
menggunakan temperature ang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap
(40-60 psi). Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air
dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sapai 60 pound selama
4-6 jam (Winarno,1991).
Dry rendering adalah
cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dalam ketel yang terbuka
dan diperlengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (Winarno,1991).
2.5.2 Mechanical
Expression (Pengepresan Mekanis)
Pegepresan mekanis
merupakan saut cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang
berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan
yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan
perlakuan pendahuluan sebelum minyak atua lemak dipisahkan dari bijinya.
Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan
penggilingan serta tempering atau
pemasakan (Ketaren, 1986).
Pada cara pengepresan
hidraulik, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000 pound per inch2.
Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya
pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan
asal, sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar
4-6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah pres hidraulik (Ketaren, 1986).
Cara pengepresan berulir memerlukan
perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan. Proses pemasakan
berlangsung pada temperatur 240oF dengan tekanan sekitar 15-20
ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar
sekitar 2,5-3,5%, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak
sekitar 4-5%. Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan proses wet rendering dengan
pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi (Ketaren, 1986).
Gambar 2.3 Pengepresan berulir (Ayu,2012)
2.5.3 Ekstraksi
Pelarut
Cara ekstraksi ini
dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan digunakan untuk bahan yang
kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan dilarutkan dengan pelarut. Tetapi
cara ini kurang efektif, karena pelarut mahan dan lemak yang diperoleh harus
dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan. Sleain itu, ampasnya harus
dipisahkan dari pelarut yang tertahan, sebelum dapat digunakan sebagai bahan
makanan ternak. Ada tiga metode ekstraksi pelarut yaitu maserasi, perkolasi,
dan sokletasi (Ketaren, 1986).
Maserasi
merupakan metode ekstraksi dengan cara merendam sampel dengan pelarut yang
cocok untuk senyawa yang akan dicari dan dilakukan berulang-ulang hingga
senyawa tersebut habis dari sampel yang ditandai dengan warna pelarut yang
berubah menjadi bening setelah perendaman. Maserasi
berasal dari bahasa latin Macerace berarti
mengairi dan melunakkan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling
sederhana. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungnan simplisia
dari sel yang rusak, yang terbentuk saat penghalusan ekstraksi (difusi) bahan
kandungan sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan
antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk ke dalam
cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir (Ketaren, 1986).
Selama
maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang. Upaya ini menjamin
keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan.
Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya
ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan
pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Ketaren, 1986).
Perkolasi
adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurnya (Exhaustiva extraction) yang umumnya
dilakukan pada temperature ruangan. Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan
serbuk sample sisa pada suatu bejana silinder,
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri dari tahap
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/ penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000).
Sokletasi
adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalau baru yang umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi yang dilakukan
menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut organik
yang dilakukan secara berulang- ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan,
dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa
trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati
umumnya larut baik dalam pelarut organik, seperti benzen dan heksan. Untuk
mendapatkan minyak nabati dari bagian tumbuhan dapat dilakukan metode sokletasi
dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Nazarudin,
1992).
Proses
sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari material
atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah labu didih,
ekstraktor dan kondensor. Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan sebelum
disokletasi. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk mengilangkan
kandungan air yang terdapat dalam sample sedangkan dihaluskan adalah untuk
mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut. Di dalam
sokletasi digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut itu bergantung pada
tingkatannya, polar atau non polar (Nazarudin,
1992).
Bila
penyaringan telah selesai maka pelarut yang telah di uapkan kembali adalah zat
yang bersisa. Dietil eter merupakan pelarut yang baik untuik hidrokarbon
danuntuk senyawa yang mengandung oksigen proses penyaringan yang berulang ulang
pada proses sokletasi bergantung pada tetesan yang mengalir pada bahan yang di
ekstraksi. Sampel pelarut yang digunakan bening atau tidak berwarna lagi.
Umumnya prosedur sokletasi hanya pengulangan,sistematis dan pemisahan dengan
menggunakan labu untuk ekstraksi sederhana tetapi lebih merupakan metoda yang
spesial,dan alat yang digunakan lebih kompleks. Oleh karena itu alat soklet
cenderung mahal (Nazarudin, 1992).
Menurut
Guenther (1987),
syarat-syarat pelarut yang digunakan
dalam proses sokletasi:
1.
Pelarut yang mudah menguap, misalnya
n-heksana, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol;
2.
Titik didih pelarut rendah;
3.
Pelarut dapat melarutkan senyawa yang
diinginkan;
4.
Pelarut tersebut akan terpisah dengan
cepat setelah pengocokan; dan
5.
Sifat sesuai dengan senyawa yang akan
diisolasi (polar atau nonpolar)
Menurut
Guenther (1987), Keuntungan metode ini adalah :
1.
Dapat digunakan untuk sampel dengan
tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
2.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit
3.
Pemanasannya dapat diatur
Menurut
Guenther (1987), Kerugian dari metode ini :
1.
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak
yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga
dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
2.
Jumlah total senyawa-senyawa yang
diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat
mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
3.
Bila dilakukan dalam skala besar,
mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh
alat yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk
pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode
ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan
tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan
: diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena
uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah
(Ketaren, 1986).
2.6 Penyulingan Minyak Atsiri
Dalam tanaman terdapat
kelenjer minyak atau pada bulu-bulu kelenjer. Biasanyaproses difusi berlangsung
sangat lambat. Untuk mempercepat proses difusi maka sebelum penyulingan
dilakukan bahan tanaman harus diperkecil dengan cara dipotong-potong atau
digerus. Pemotongan menjadi kecil-kecil atau penggerusan merupakan upaya
mengurangi ketebalan bahan hingga difusi dapat terjadi. Peningkatan difusiakan
mempercepat penguapan dan penyulingan minyak atsiri.Kemudian dilakukan proses
pengeringan, dimana pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut
dengan menggunakan energi panas.
Air dalam bahan pangan
berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen disamping ikut sebagai bahan
pereaksi. Pengurangan air baik secara pengeringan atau penambahan bahan penguap
air bertujuan mengawetkan bahan pangan dan dapat menjaga mutu bahan pangan
tersebut. Pengerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan
minyak atsiri dari bahan tanaman yang berbau. Minyak atsiri akan keluar
setelah uap menerobos jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan.
Proses lepasnya minyak atsiri ini hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau
penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman.
Menurut Sastrohamidjojo
(2004) Hidrodestilasi atau penyulingan
dibedakan atas tiga tipe yaitu:
a. Penyulingan
Dengan Uap dan Air
Bahan tanaman yang akan
diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang
bagian bawah dan tengah berlobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan.
Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang
mendidih.
b. Penyulingan
Dengan Air
Bahan
yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan
disuling kemungkinan mengambang atau mengapung di atas air atau terendam
seluruhnya. Penyulingan air ini tidak ubahnya bahan tanaman direbus langsung.
Gambar 2.4 Penyulingan dengan air
c. Penyulingan
Dengan Uap
Penyulingan ini disebut
juga penyulingan uap langsung dan perangkapnya mirip dengan kedua alat
penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air dibagian bawah alat.
Uap yang digunakan
lazim memiliki tekanan
yang lebih besar dari pada tekanan atmosfer dan
dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air.
Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar dari pada tekanan
atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu
pembangkit uap air. Uap yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat
penyulingan.
Penguapan
dan destilasi umumnya merupakan proses pemishan stu tahap. Pada proses
destilasi ini, campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat penguap (
umumnya alat penguap labu) dan dididihkan.Pendidihkan terus dilangsungkan
hingga sejumlah komponen tertentu yang mudah menguap terpisahkan. Selama
pendidihan, fraksi komponen yang sukar menguap dalam cairan bertambah besar
sehingga komposisi destilat yang dihasilkan juga berubah terus.
Menurut Lutony dan
Rahmayati (2000) sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang mendasar pada prinsip
ketiga model penyulingan tersebut. Namun, dalam prakteknya hasilnya akan
berbeda bahkan kadang-kadang perbedaanya sangat berarti karena masing-masing
metode mempunyai kekurangan dan kelebihan yaitu:
a.
Penyulingan dengan air
Meskipun
dari proses pengerjaannya sangat mudah, tetapi penyulingan dengan cara langsung
ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling)
bila pengisian bahan ke dalam ketel terlalu penuh dan bahan tidak seluruhnya
terendam dalam air maka dapat menyebabkan terjadinya bahan naik kepermukaaan
air yang sedang mendidih dan cenderung menggumpal sehingga tidak dapat ditembus
oleh uap dan mengasilkan rendemen dan mutu yang rendah dan juga dapat
menyebabkan terjadinya pengasaman (oksidasi) serta persenyawaan zat ester yang
dikandung dengan air.
b. Penyulingan
dengan uap
Salah
satu kelebihan model ini antara lain sebuah ketel uap dapat melayani beberapa
buah ketel penyulingan yang dipasang seri sehingga proses produksi akan
berlangsung lebih cepat. Namun memerlukan kontruksi ketel yang lebih kuat, alat-alat pengaman yang lebih
baik dan sempurna dan biaya yang diperlukan lebih mahal.
c. Penyulingan
dengan uap dan air
Dari segi komersial penyulingan dengan
air dan uap cukup ekonomis sehingga model penyulingan ini paling banyak
digunakan diberbagai negara yang sedang berkembang. Biaya relatif murah,
rendemen cukup memadai dan mutunya dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
2.7 Rendemen
Rendemen adalah
perbandingan antara output dengan input dinyatakan dalam persen. Jumlah minyak
yang menguap bersama-sama air ditentukan oleh tiga faktor yaitu: besarnya
tekanan uap yang dipakai, berat molekul dari masing- masing komponen dalam
minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan (Maulana, 2007).
Semakin cepat aliran
uap dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang dihasilkan per kg kondesat uap
semakin rendah, sebaliknya semakin lambat gerakan uap dalam ketel maka waktu
penyulingan lebih lama dan rendemen minyak per jam rendah. Dalam tahap
persiapan bahan perlu dirajang terlebih dahulu agar kelenjar minyak terbuka
selebar mungkin bertujuan agar rendemen minyak lebih tinggi, minyak semakin
cepat keluar dan waktu penyulingan lebih singkat (Maulana, 2007).
Rendemen minyak juga dipengaruhi oleh
kondisi bahan, cara pengolahan atau perlakuan terhadap bahan dan metode
penyulingan yang digunakan. Metode penyulingan uap dan penyulingan air dan uap
menghasilkan rendemen yang relatif tinggi dibandingkan metode penyulingan air
karena dalam penyulingan air komponen minyak yang titik didih tinggi dan
bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara sempurna sehingga banyak
minyak yang hilang atau tidak tersuling
(Lutony dan Rahmayati, 2000).
2.8 Faktor
yang Mempengaruhi Rendemen dan Sifat Fisika-kimia Minyak Atsiri
Guenther (1987)
menjelaskan sebelum melakukan praktek
penyulingan ada beberapa perlakuan yang diperhatikan terhadap bahan
tanaman yang mengandung minyak atsiri, yaitu:
a. Perajangan/Pemotongan
Minyak atsiri dalam
tanaman aromatik dikelilingi oleh kelenjar minyak pembulu-pembuluh, kantung
minyak atau rambut glandular. Minyak atsiri hanya dapat diekstraksi apabila uap
air berhasil melalui jaringan tanaman dan mendesaknya permukaan. Proses ini
adalah peristiwa hidrodifusi dan prosesnya berlangsung lambat bila tanaman
dibiarkan dalam keadaan utuh. Oleh karena itu sebelum proses penyulingan
terlebih dahulu dilakukan perajangan yang bertujuan agar kelenjar minyak dapat
terbuka sebanyak mungkin.
b.
Penyimpanan bahan tanaman
Tempat penyimpanan bahan tanaman sebelum perajangan
juga mempengaruhi penyusutan minyak atsiri,
namun pengaruhnya tidak begitu besar seperti pada perajangan. Penyimpanan ini
dilakukan apabila tidak langsung dilakukan proses penyulingan. Jika harus
disimpan sebelum diproses maka penyimpanan dilakukan pada udara kering yang
bersuhu rendah dan bebas terhadap sirkulasi udara, jika mungkin disimpan pada
ruangan yang ber-AC. Kehilangan minyak atsiri dari bahan tanaman sebelum penyulingan.
Minyak atsiri yang
terdapat dalam jaringan tanaman sering hilang oleh proses pengeringan setelah
panen. Beberapa macam tanaman yang masih segar dengan kadar air tinggi akan
kehilangan sebagian minyak atsiri selama pengeringan udara sedangkan pada
beberapa jenis yang lain besarnya minyak
yang hilang relatif kecil. Kehilangan minyak terutama disebabkan
oleh penguapan, oksidasi, resinifikasi.
Perubahan
sifat fisika-kimia minyak atsiri tanaman selama pengeringan Minyak atsiri
yang disuling dari
bahan segar maupun dari bahan
kering bervariasai dalam sifat fisika-kimia dan komposisi kimia. Selama
pelayuan dan pengeringan membran sel berangsur-angsur akan pecah, cairan bebas
melakukan penetrasi dari satu sel ke sel yang lain hingga membentuk
senyawa-senyawa yang mudah menguap.
|
METODOLOGI
PRATIKUM
3.1 Alat - Alat yang Digunakan
1. Satu unit alat destilator uap-air langsung
2. Unit clavenger
3. Timbangan
4. Kertas saring
5. Termometer
6. Piknometer
7. Kondensor
8. Botol kaca
9. Gelas ukur
10. Corong pemisah
3.2 Bahan – Bahan
yang Digunakan
1. Rimpang Jerangau
2. Aquades
3.3 Prosedur Praktikum
1. Rimpang
jerangau di keringkan
2. Rimpang jerangau yang telah dikeringkan ditimbang
sebanyak 500 gram
3. Ketel
untuk penguapan air diisi dengan air hingga jumlah tertentu
4. Unit
alat dirangkai dengan benar. Unit clavenger dan kondensor disambungkan. Alat diperiksa jangan sampai terjadi
kebocoran.
5. Air
pendingin dialirkan ke dalam kondensor, lalu alat pemanas dihidupkan.
6. Proses
dilakukan selama waktu tertentu.
7. Minyak
dan air di dalam clavenger dimasukkan ke dalam botol sampel untuk didinginkan dan dipisahkan dengan pipet
tetes.
8. Minyak
yang diperoleh ditimbang dan dihitung densitasnya.
19
|
3.4 Rangkaian
Alat
Gambar 3.1
Rangkaian alat destilasi uap air
Keterangan
1 = Kondensor
2 = Unit clavenger
3 = Statif dan klem
4 = Pemanas air
5 = Ketel
6 = Botol penampung air
|
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil praktikum
Hasil praktikum
|
|
Massa minyak
Volume minyak
Rendemen
Densitas minyak
Laju alir air
|
4,03 gram
4 ml
0,8 %
1,0075 gram/ml
120 ml/detik
|
4.2
Pembahasan
Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah
jerangau yang telah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil. Pemotongan ini
bertujuan agar luas
permukaan lebih besar sehingga dalam
proses penguapan minyak atsiri yang terdapat pada tiap jaringan lebih mudah
terangkat bersama dengan uap air dan tujuan dari penambahan air dimaksudkan
untuk mempermudah menguapkan minyak atsiri. Pada proses
pendestilasian, dapat dihasilkan uap minyak atsiri dan air secara bersamaan,
meskipun minyak dan air memiliki perbedaan titik didih yang tinggi. Hal
tersebut terjadi karena telah berlakunya Hukum Dalton, yaitu “Dua gas atau
lebih atau uap yang tidak bereaksi secara kimia terhadap lainnya bercampur pada
suhu yang konstan, maka tiap-tiap gas memiliki tekanan sendiri, seakan dia
berada sendirian dan jumlah tekanan ini adalah sama dengan tekanan total
sistem, atau dengan kata lain suatu cairan akan menguap apabila tekanan
permukaan sama dengan tekanan uap lingkungan”. (Brady,1994)
21
|
Pemantauan terhadap
kondensor dilakukan dengan terus mengganti air yang mengalir dalam kondensor
dengan alasan agar proses pendinginan uap untuk menjadi cairan kembali berjalan
sempurna, karena jika kondensornya terlalu panas maka proses pendinginan uap
akan terhambat sehingga, cairan yang seharusnya tertampung tidak
terbentuk.Hasil yang diperoleh dari destilasi selama kurang lebih lima jam ini berupa cairan yang terdiri
dari air dan minyak atsiri, dimana minyak atsiri berada di atas dan air berada
di bawah. Minyak
atsiri yang dihasilkan akan ditampung di unit clevenger. Ketidaklarutan antara keduanya disebabkan adanya
perbedaan kepolaran, dimana air bersifat polar dan minyak bersifat non polar.
Posisi minyak atsiri yang berada di
atas air disebabkan karena minyak atsiri memiliki massa jenis yang cenderung
lebih ringan daripada massa jenis air.Berat minyak atsiri
yang didapat dari 500
gram
jerangau pada
percobaan ini adalah 4,03
gram.
Warna dari minyak atsiri yang diperoleh dari jerangau itu sendiri bewarna
bening kekuning – kuningan dengan persen rendemen sebanyak 0,8
%. Pada rendemen teoritis menyatakan
bahwa rendemen minyak atsiri
jerangau
yang dilakukan selama kurang lebih 5
jam sebanyak 0,23
% (Sihite, 2009).
Pada
percobaan yang dilakukan
diperoleh rendemen sebanyak 0,8 % dimana hasil rendemen ini lebih besar dari rendemen
teoritisnya. Hal ini terjadi karena di dalam hasil yang didapat masih ada
kandungan air di dalamnya. Proses destilasi yang dilakukan seharusnya 3 kali.
(Sihite, 2009). Selain itu tidak
adanya pemisahan lanjutan untuk memisahkan antara minyak dan air juga tidak
dilakukan. Adanya kandungan
air dalam minyak yang dihasilkan juga berpengaruh pada densitas minyak yang
didapat. Densitas minyak atsiri yang diperoleh adalah 1,0075 gram/ml.
Seharusnya densitas minyak atsiri lebih kecil dari densitas air, karena pada
unit clavenger lapisan minyak atsiri berada diatas air. Sehingga densitas
minyak atsiri jerangau kurang dari 1 gram/ml.
|
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Rendemen minyak rimpang jerangau yang didapat sebesar 0,8%
2. Densitas minyak rimpang jerangau hasil praktikum sebesar 1,0075 gr/ml. Densitas
teoritis minyak rimpang jerangau sebesar 1,07 g/ml, nilai ini lebih besar dari
densitas air sehingga minyak hasil ekstraksi tidak selalu berada diatas air.
4.2 Saran
Pada percobaan ini, pastikan sampel yang akan diekstrak telah
dikeringkan terlebih dahulu agar minyak bisa diekstrak dari bahan. Pastikan
alat yang dirangkai telah ketat dan tidak miring. Selalu perhatikan tetesan
minyak rimpang jerangau, karena minyak jerangau memiliki densitas sedikit lebih
besar dari air yang membuat minyaknya turun pada pada unit clavengger.
23
|
13
|
DAFTAR
PUSTAKA
Agusta, A. 2000. Minyak
Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : ITB.
Badan Standar Nasional
Indonesia. 2001. Standar Mutu Minyak Kayu Putih SNI 06395 4 -2001. Jakarta.
Brady, J. 1994. Kimia Universitas
Asas dan Struktur Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Departemen
Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Diktorat Jendral POM-Depkes RI.
Guenther, E.
1987. Minyak Atsiri. Jilid
I. Diterjemahkan Oleh
S. Ketaren. Yogyakarta : Universitas
Indonesia Press.
Hadipoentyanti dan Sukamto.
2004. Prospek Pengembangan Beberapa Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Baru dan
Potensi Pasar. Jakarta : Erlangga.
Harris, R. 1990. Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta
: PT Agro Media Pustaka.
Ketaren,
S. 1986. Pengantar Teknologi Lemak Pangan
dan Minyak. Jakarta : UI-Press.
Laksmanahardja, M, P. 2003. Teknologi Penyulingan Minyak Atsiri untuk
Petani. Jakarta : Erlangga.
Lutony, T.L dan Rahmayati,
Y. 2000. Minyak Atsiri. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Hernani. 2006.
Peningkatan Minyak Atsiri
Melalui Proses Pemurnian. Bandung : ITB.
Masriah. 2007. Penentuan Rendemen dan Mutu Minyak Kayu
Manis (Cinnamomum burmanii) dari Kulit Batang, Kulit Cabang, dan Daun.. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Maulana. 2007. Penentuan Rendemen dan Mutu Minyak Pala
(Myristica fragrans) dari Daging Buah dan Biji Pala. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Nazarudin,
dkk. 1992. Pengembangan Minyak Biji Karet di Indonesia. Surabaya:. Indonesian
Press.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Sastrohamidjojo, H.
2005. Kimia Organik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Vogel,
A.I. 1996. Vogel's Textbook of
Practical Organic Chemistry 5 thedition. New
York : Longman Scientific & Technical.
Voight, R. 1995. Buku
pelajaran teknologi farmasi. Yogyakarta : UGM Press.
Winarti, S. dan Y. Purnomo,
2006. Olahan Biji Buah. Surabaya : Trubus Agrisarana.
Winarno,
F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Saya SEKARANG FULFILL BERHARGA KERUGIAN DARI PINJAMAN I GOT DARI LFDS. Saya ingin membawa ini kepada notis orang ramai tentang bagaimana saya menghubungi LFDS selepas saya kehilangan pekerjaan saya dan ditolak pinjaman oleh bank saya dan kewangan lain institusi kerana skor kredit saya. Saya tidak dapat membayar yuran anak saya. Saya tertinggal di atas bil, kira-kira akan dibuang keluar rumah kerana saya tidak dapat membayar sewa saya. Pada masa ini, anak-anak saya diambil dari saya oleh penjagaan angkat. Kemudian saya berikan untuk mencari dana dalam talian di mana saya kehilangan $ 3,670 yang saya dipinjam dari rakan-rakan yang saya telah merobek oleh dua syarikat pinjaman dalam talian. Sehingga saya membaca tentang: Perkhidmatan Pembiayaan Le_Meridian (lfdsloans@outlook.com / lfdsloans@lemeridianfds.com) di suatu tempat di internet, Masih tidak meyakinkan kerana apa yang saya telah lalui sehingga saudara saya yang seorang paderi juga memberitahu saya mengenai skim pinjaman LFDS yang berterusan pada kadar faedah yang sangat rendah sebanyak 1.9 %% dan terma pembayaran balik yang indah tanpa penalti kerana gagal bayar pembayaran. Saya tidak mempunyai pilihan selain menghubungi mereka yang saya lakukan melalui teks + 1-989-394-3740 dan Encik Benjamin menjawab kembali kepada saya Hari itu adalah hari yang terbaik dan paling hebat dalam hidup saya yang tidak boleh dilupakan apabila saya menerima amaran kredit $ 400,000.00 Jumlah pinjaman kami yang dipohon. Saya menggunakan pinjaman dengan berkesan untuk membayar hutang saya dan memulakan perniagaan dan hari ini saya dan anak-anak saya sangat gembira dan memenuhi. Anda juga dapat menghubungi mereka melalui e-mel: (lfdsloans@outlook.com / lfdsloans@lemeridianfds.com) Helaian WhatsApptext: + 1-989-394-3740 Mengapa saya melakukan ini? Saya melakukan ini untuk menyelamatkan seberapa banyak yang memerlukan pinjaman tidak menjadi mangsa penipuan di internet. Terima kasih dan Tuhan memberkati anda semua, saya Oleksander Artem dari Horizon Park BC, Ukraine.
ReplyDeleteNumpang promo ya Admin^^
ReplyDeleteajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.club....^_~
segera di add Whatshapp : +855969190856